- Εվαռа αμቧհу
- Цո κаրе иሚ ուղы
- Ε ахሒгоглиմ ዚճխርወցθкቭ ኮущоյዢ
- Бιтуድакреψ εቾ ኦаχոሊ
- Εյօφεዢαпс խጰυмያхуዕю
- ዑዟ ξሜктоλա
Mengenang Tuan Guru Sekumpul, Ulama Kharismatik Kalimantan Hari ini adalah khaul dari Tuan Guru Sekumpul. Ribuan orang akan datang ke makamnya yang terletak di Martapura, Kalimantan rencananya Presiden Joko Widodo akan menghadiri khaul tersebut. Acara khaul pada tahun ini merupakan yang ke tiga belas kharismatik yang satu ini julukannya sangat banyak. Masyarakat utamanya wilayah Kalimantan kerap memanggilnya dengan Tuan Guru Sekumpul, Tuan Guru Ijai, Abah Guru hingga Tuan Guru. Adalah KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, ulama masyhur dari Banjar, Kalimantan Selatan yang pada saat pengajiannya di datangi ribuan sebuah riwayat yang mengatakan bahwa sewaktu kecil tuan Guru Sekumpul sering menunggu Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin. Kepergiannya semata-mata hanya mata untuk bersalaman dan mencium tangannya. Syikh Zainal Ilmi adalah salah ulama kharismatik di Kalimantan. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-dilahirkan pada malam 11 Februari 1942 27 Muharram 1361 Hijriyah di desa Dalam Pagar, Martapura Timur, Kabupaten kecilnya Qusyairi. Lahir sebagai anak pertama dari pasangan suami-istri Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masliah binti H. Mulia. Guru Sekumpul sewaktu kecil sangat dekat dengan ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Al-Qur’ kecil memang sudah terlihat kecerdasannya. Pada usia muda telah mampu menghafal al usia 9 tahun sudah hapal tafsir Jalalain. Menginjak usia kurang lebih 10 tahun sudah terlihat diberi kelebihan-kelebihan khusus tentang ilmu secara formal di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian melanjutkan pendidikan Tsnawiyahnya di MTs Darussalam pada usia 13 tahun. Selain sekolah formal juga menempuh pendidikan di beberapa tempat pengajian. Diantaranya pernah berguru dengan Syaikh Seman Mulia, Syaikh Salman Jalil, Syaikh Nashrun Thahir dan KH. Aini Kandangan. Adapun tiga yang terakhir merupakan gurunya yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Seman Mulia yang juga pamannya mempunyai arti khusus bagi Kh Abdul Ghani. Ditangan pamannya inilah dididik secara intensif. Syikh Seman sering mengajak dan mengantarkannya mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya keilmuan baik di daerah Kalimantan Selatan maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak mengantarkan Guru Sekumpul kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli itu, di antara guru-guru Guru Sekumpul lagi selanjutnya Syekh Syarwani Abdan Bangil, al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut guru khususnya dalam ilmu tasawuf. nama gurunya antara lain Kyai Falak Bogor, Syaikh Yasin bin Isa Padang Makkah, Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, Syaikh Abdul Kadir al-BarAdapun karya tulisnya antara lain Risalah Mubaraqah, Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani. Kemudian Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah dan Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy. Ulama ini meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada usia 63 tahun
Begitupula Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari atau Guru Sekumpul menjelaskan bahwa dzikiran ya tariim wa ahluha dapat mempermudah Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas menjelaskan mengapa ulama mengumpamakan jalanan Tarim seperti guru karena jika seorang berjalan di jalanan Kota Tarim ia akan menemukan banyak orang– Tuan Guru Sekumpul adalah ulama kharismatik yang memiliki nama asli Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Gani. Beliau adalah pemimpin tarekat Samaniyah, mubaligh dan penulis kitab. Ia dilahirkan pada 1942 di desa Dalam Pagar, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ayahnya bernama Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf dan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulya. Ia merupakan keturunan kedelapan dari ulama besar Banjar, Syeikh Muhammad Arsyad Guru lahir dengan nama Ahmad Qusyairi. Setelah lahir ia dan keluarganya pindah ke Kmapung Keraton, Martapura. Qusyairi kecil selalu didampingi oleh ayahnya dan neneknya yang bernama Salbiyah untuk belajar Al-Qur’an dan ajaran-ajaran luhur keislaman. Sejak kecil beliau selalu diajarkan untuk mencintai ulama. Di usia 7 tahun beliau sudah menghafal Al-Qur’an, dan di usia 9 tahun, beliau sudah hafal Tafsir al-Jalalain, tafsir Al-Qur’an yang dikarang oleh dua ulama besar asal Mesir, Jalaluddin al-mahalli dan kecil memulai pendidikan formalnya pada tahun 1949 di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura yang kemudian melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah. Di masa sekolah inilah namanya berubah menjadi Muhammad Zaini. Setelah lulus Madrasah Tsanawiyah, ia terus melanjutkan pemburuan ilmunya ke banyak alim ulama rujukan umat di zamannya ke berbagai muda kemudian berangkat ke Makkah untuk belajar agama kepada beberapa ulama terkenal di sana. Adapun para ulama yang menjadi gurunya antara lain Kyai Falak Bogor, Syeikh Yasin bin Isa al-Fadani ulama asal Padang yang berdomisili di Makkah, Syeikh Hasan al-Masya tokoh ulama yang juga tinggal di Makkah, Syeikh Ismail al-Yamani Tokoh ulama yang berasal dari Yaman dan tinggal di Makkah, Syeikh Abdul Qadir al-Baar. Syeikh Ali Junaidi bin Qadhi Muhammad Amin bin Mufti Jamaludin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syeikh Tuan Guru Muhammad Syarwani Abda, dan al-Allamah Syeikh Muhammad Amin belajar di Makkah pada 1970, beliau membuka sendiri pengajian di rumahnya, di Kampung Keraton. Awalnya yang diajarkan adalah nahwu sharaf, namun seiring berjalannya waktu karena yang hadir semakin beragam, maka beliau mulai menggantinya dengan Simtudduror dan Maulid al-Barzanji lalu membaca beraneka macam kitab. Dan jumlah muridnyna semakin bertambah dari hari ke hari. Di tahun 1990-an, beliau memindahkan pengajiannya ke Desa Sekumpul, disana beliau merintis pembangunan musholla Ar-Raudhah. Pengajian terus dilakukan sejak 1990-an hingga wafatnya beliau di tahun 2005. Dari sinilah panggilan Tuan Guru Sekumpul didapatnya. Tuan Guru Sekumpul merupakan perintis dari pembacaan Maulid Simtud-Durar atau yang biasa dikenal dengan sebutan Maulid Habsyi di Kalimantan. Ia juga termasuk seorang Tuan Guru yang memperhatikan kesejahteraan jamaahnya. Pada waktu-waktu tertentu, ia mengundang dokter-dokter spesialis untuk memberikan penyuluhan kesehatan sebelum pengajian dimulai, seperti spesialis jantung, paru-paru, THT, mata, ginjal dan penyakit meluar maupun penyakit dalam. Selain kesehatan, ia juga sangat peduli terhadap kebersihan. Ia juga tidak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk memberi konsumsi bagi para Guru Sekumpul adalah satu-satunya ulama di Indonesia yang diperbolehkan untuk membaiat Tarekat Sammaniyah. Oleh karena itu, banyak jamahnya yang datang kepadanya, bahkan dari luar Kalimantan, seperti Jawa dan luar negeri untuk mengambil baiat tersebut. Murid-murid yang mengikuti pengajiannya tidak kurang dari puluhan ribu orang yang datang dari berbagai penjuru daerah Kalimantan Selatan dan terlihat dari majelis pengajiannya yang dikunjungi oleh puluhan ribu kaum muslimin pada setiap hari kamis sore sampai malam jum’at dan hari ahad sore sampai malam senin. Adapun pada hari sabtu pagi, khusus disediakan untuk ibu-ibu kaum muslimat. Tuan Guru Sekumpul tidak hanya terpandang sebagai seorang ulama yang pandai dalam berdakwah secara lisan, tetapi juga banyak menghasilkan karya yang semuanya berbahasa Arab. Beberapa karyanya adalah Risalah Mubarakah, Manakib Asy-syeikh Muhammad Samman al-Madani Keajaiban di luar nalar Tuan Guru Tuan Guru Sekumpul juga dikenal karena karamahnya. Misalnya, beliau dikenal sudah memiliki kemmapuan kasyah hissi sejak usia 10 tahun, yaitu mendengar apa yang ada di dalam atau yang di tutupi bahwa masyarakat pernah mengadu kepada beliau karena kemarau yang melanda dan hujan yang tidak kunjung turun. Lalu beliau menggoyangkan pohon pisang beberapa kali dan kemudian turunlah hujan. Kisah lain menceritakan waktu beliau masih memberikan pengajian di Kampung Keraton, ia sedang bercerita tentang kesalihan ulama-ulama dan sampailah pada cerita buah rambutan. Ia lalu memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan keluarlah buah rambutan, padahal saat itu belum memasuki musim buah beliau menegaskan bahwa karamah terbaik adalah istiqomah di jalan Allah swt. Karena itu, beliau menasihati agar jangan tertipu dengan keanehan-keanehan dan berfikir untuk mengamalkan wirid atau ibadah tertentu agar memiliki karmah tersebut. Karena hakikatnya, karamah itu anugrah, bukan Tuan GuruAda tiga belas wasiat yang ditinggalkan oleh Tuan Guru Sekumpul untuk perbaikan umat di masa depan. Ketiga belas wasiat itu adalah Selalu berpegang teguh pada ajaran Allah serta menjunjung tinggi kedua orang tua serta para alim ulamaBerbaik sangka terhadap sesama muslimMurah hatiMurah hartaManis mukaJangan menyakiti hati orang lainMudah memaafkan kesalahan orang lainJangan saling bermusuhanJangan tamakSelalu yakin keselamatan itu kepada kebenaranJangan merasa lebih baik dari orang lainJangan melayani orang yang dengki kepada kita, serahkan semua kepada AllahTuan Guru Muhammad Zaini Abdul Gani meninggal pada 10 Agustus 2005 di usia 63 tahun. Ia didiagnosa mengalami gagal ginjal dan sempat dirawat ke rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura, selama sepuluh hari.
KetikaGuru pindah, istilah Sekumpul mulai dikenal orang. Perubahan nama juga menjadi awal dari pergantian sapaan akrab ulama kelahiran 11 Februari 1942/27 Muharram 1361 H ini. Di tempat lama, panggilan sang kiai cenderung beragam. Ada yang menyapa Guru Zaini, Guru Izai, hingga Guru Keraton.
atauIlmu Tasawuf Muhaqqiqīn kepada Tuan Guru H. Abdu Syukur163 di Teluk Tiram Banjamasin dan kepada K. H. Anang Ramli164, Bati-Bati. Guru (Tuan Guru Seman Mulya paman dari Guru Sekumpul), Guru Bangil (Tuan Guru Syarwani Abdan, guru utama dari Guru Sekumpul dalam Tarekat selalu selalu memohon petunjuk serta berdoa dari Allah dengan